Faktor Risiko Stunting Pada Anak Usia 24–35 Bulan di Kecamatan Bandung Kidul Kota Bandung

Authors

  • Kezia Thedalin Luhardi Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha Bandung
  • Dani Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha Bandung
  • Shiela Stefani Bagian Anatomi, Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha Bandung

Abstract

Stunting didefinisikan sebagai postur tubuh dengan tinggi badan berdasarkan usia yang kurang dari -2 standar deviasi (SD) pada kurva pertumbuhan WHO dan dikategorikan sebagai pendek atau sangat pendek. Pada tahun 2023 prevalensi stunting di Indonesia adalah sebesar 21,5% dengan kasus terbanyak pada kelompok usia 24–35 bulan. Efek jangka panjang yang ditimbulkan oleh stunting dapat memengaruhi aspek individual maupun sosial seperti gangguan kognitif, gangguan perkembangan fisik, kesehatan yang buruk, kehilangan produktivitas, serta  meningkatkan risiko penyakit kronis yang selanjutnya dapat memengaruhi kualitas tenaga kerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui angka kejadian stunting serta faktor risikonya pada kelompok usia 24–35 bulan di Kecamatan Bandung Kidul. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain potong lintang. Subjek penelitian adalah 52 balita yang terdiri dari 17 balita stunting dan 35 balita tidak stunting. Pengumpulan data dilakukan menggunakan kuesioner dan buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). Hasil uji chi-square menyimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara status gizi ibu (p= 0,337), berat badan lahir rendah (p= 0,587), usia ibu saat hamil (p= 1,000), tingkat pendidikan ibu (p= 0,854), pendapatan keluarga (p= 0,517), dan pemberian ASI eksklusif (p= 0,505) dengan kejadian stunting pada anak usia 24–35 bulan di Kecamatan Bandung Kidul Kota Bandung. Kata Kunci: Stunting; Balita; Faktor Risiko

Downloads

Published

2025-07-12

Issue

Section

Articles