Peran Pencahayaan Buatan Spa dalam Komparasi Variabel Relaksasi dan Variabel Kondisi Pencahayaan Buatan pada Spa

Isi Artikel Utama

Aninda Samrati Qalbi
Andriyanto Wibisono

Abstrak

Kelelahan bekerja dapat berdampak buruk pada kondisi spikologis dan dapat berdampak stres bagi kehidupan, dengan durasi waktu istirahat yang minim manusia membutuhkan waktu istirahat yang cukup secara fisik dan mental. Spa menjadi salah satu jalan pintas untuk mendapatkan kembali kebugaran secara fisik maupun mental. Spa adalah kegiatan perawatan tubuh melalui pijitan untuk melancarkan peredaran darah untuk mendapatkan relaksasi hingga dapat melepas rasa stres. Dalam menciptakan sebuah ruang yang nyaman, banyak unsur yang perlu diperhatikan. Seperti lima indera manusia. Pada hakikatnya lima indera manusia saling bekerjasama dan memberikan pengalaman terhadap ruang. Indera penglihatan merupakan indera yang sangat penting dalam pengalaman ruang. Maka dari itu pencahayaan buatan merupakan elemen interior yang perlu diperhatikan. Karena pencahayaan buatan memiliki peranan yang sangat penting pada mood seseorang sehingga dapat membantu proses relaksasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa pencahayaan buatan memiliki peran dalam proses relaksasi. Objek penelitian berada di Sendja Reflexology & Wellness di Kota Bandung dengan fokus pada ruang VIP. Metode penelitian kualitatif komparasi, pengumpulan data dilakukan dengan membandingkan variabel teori pencahayaan buatan dalam proses relaksi dan keadaan ruang perawatan VIP Sendja Reflexology & Wellness. Data penelitian di dapat dengan kuesioner kepada 30 pelanggan Sendja Reflexology & Wellness. 94% responden menyatakan bahwa pencahayaan buatan memiliki peran dalam proses relaksasi pada Sendja Reflexology & Wellness.

Unduhan

Data unduhan belum tersedia.

Rincian Artikel

Cara Mengutip
Qalbi, A. S., & Wibisono, A. (2024). Peran Pencahayaan Buatan Spa dalam Komparasi Variabel Relaksasi dan Variabel Kondisi Pencahayaan Buatan pada Spa. Serat Rupa Journal of Design, 8(2), 241–250. https://doi.org/10.28932/srjd.v8i2.7097
Bagian
Articles

Referensi

Ayuningrum, A. B. (2016). Perancangan interior pusat perawatan tubuh dan kecantikan melalui pendekatan pencahayaan buatan sebagai proses relaksasi di Bandung. e-Proceeding of Art & Design, 3(3), 1026-1037.

Gordon, G. (2003). Interior lighting for designers (4, Subsequent edition ed.). John Wiley & Sons Inc.

Ham, J. R. C., Wan, S., Lakens, D., Weda, J., & Cuppen, R. P. G. (2012). The influence of lighting color and dynamics on atmosphere perception and relaxation. Experiencing Light 2012: International Conference on the Effects of Light on Wellbeing, Eindhoven, The Netherlands.

Hendrassukma, D. (2014). Perancangan tata cahaya pada interior rumah tinggal. Humaniora, 5(1), 258-264. https://journal.binus.ac.id/index.php/Humaniora/article/view/3017/2406

Nazir, M. (2005). Metode penelitian. Ghalia Indonesia.

Nurwidyaningrum, D. (2010). Karakteristik pencahayaan buatan untuk ruang membatik batik tulis. Seminar Nasional Teknik Sipil tahun 2010. http://dx.doi.org/10.13140/RG.2.2.13499.87843

Pallasmaa, J. (2005). The Eyes of the Skin: Architecture and the Senses. Joahn Wiley & Sons.

Pangestu, M. D. S., & Santi, I. I. P. (2009). Pengaruh kenyamanan psiko-visual dari pencahayaan buatan pada Erhaclinic medical center for dermatology di Jakarta https://api.semanticscholar.org/CorpusID:78119863

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 8 Tahun 2014 tentang Pelayanan Kesehatan SPA. (2014).

Pile, J. F. (1995). Interior design. H.N. Abrams.

Riska, A. S. (2016). Peran panca indra dalam pengalaman ruang Temu Ilmiah IPLBI 2016, https://www.researchgate.net/publication/347305426_Peran_Panca_Indra_dalam_Pengalaman_Ruang

Setiawan, B., & Hartanti, G. (2014). Pencahayaan buatan pada pendekatan teknis dan estetis untuk bangunan dan ruang dalam. Humaniora, 5(2), 1222-1233. https://doi.org/10.21512/humaniora.v5i2.3265