PENGANTAR EDITORIAL.  Secara umum edisi SRJD Vol.8 no.2 kali ini menyajikan berbagai artikel dengan topik mengenai permasalahan desain (dan pendidikan desain) dalam perkembangan teknologi serta permasalahan identitas kelokalan di tengah arus global.  Artikel desain komunikasi visual menyoroti aspek-aspek penting yaitu identitas visual, sketsa, digitalisasi media, dan animasi. Dari segi identitas visual, artikel pertama meneliti bagaimana Kementerian BUMN melakukan transformasi yang terdiri dari perpaduan logo dan sistem visual yang akan berdampak pada pembentukan image dan pembangunan citra “dapat dipercaya dan kuat dalam menghadapi tantangan masa depan”. Artikel selanjutnya membahas tentang sketsa dimana perwujudan suatu ide menjadi sesuatu yang terlihat dilakukan secara spontan. Sketsa merupakan salah satu sarana dokumentasi karena dapat mengabadikan suatu suasana. Kelebihan sketsa dibandingkan kamera foto adalah dapat menyeleksi objek yang digambar, sehingga sketsa menjadi sebuah karya yang unik karena interaksi dengan objek yang ada memerlukan konsentrasi dan persepsi individu terhadap objek tersebut. Membuat sketsa juga diharapkan menjadi disiplin dasar yang dilatih secara konsisten, apalagi ketika perkembangan teknologi menawarkan hasil yang instan. Artikel selanjutnya mengangkat tentang topik budaya dan media daerah, yakni ketika generasi muda cenderung lebih memilih dan mempelajari budaya dan bahasa asing dibandingkan bahasa daerahnya sendiri. Mangle merupakan salah satu majalah berbahasa daerah yang masih eksis hingga saat ini, namun peralihan media informasi dari cetak ke elektronik menjadi kendala yang dihadapi majalah Mangle. Untuk itu perlu dilakukan perancangan majalah dan media promosi melalui media digital dengan memanfaatkan media sosial agar segmen generasi milenial dan Gen Z dapat mengaksesnya melalui telepon seluler, sehingga pelestarian budaya dan bahasa Sunda dapat terlaksana.  Kajian terakhir mengenai animasi memberikan wawasan mendalam tentang bagaimana realisme dan elemen dunia nyata dapat digunakan untuk menciptakan keterhubungan emosional dengan penonton. Dari sudut pandang profesional, artikel ini menunjukkan pentingnya detail dan pemahaman budaya lokal dalam menciptakan dunia animasi yang meyakinkan. Harapannya penelitian ini dapat mendorong lebih banyak kreator animasi untuk mengeksplorasi pendekatan serupa dalam worldbuilding, yang menggabungkan elemen realisme dengan kreativitas untuk menciptakan pengalaman yang lebih imersif bagi penonton.  Artikel mengenai desain interior mengangkat tiga pembahasan, yaitu tentang alih fungsi bangunan heritage, peran pencahayaan dalam ruang SPA, serta analisis kurikulum dalam pendidikan desain interior. Riset mengenai pentingnya mempertahankan sebuah bangunan yang memiliki nilai sejarah menghadapi fenomena perubahan jaman dan tuntutan komersialisasi. Hasil riset mengemukakan bahwa peran pencahayaan sebagai salah satu elemen interior harus sesuai dengan kegiatan yang berlangsung di ruang tersebut dan pentingnya memperhatikan dampak psikologis penggunanya. Sementara itu, dalam hal pendidikan desain interior, perkembangan yang sangat pesat terkait merebaknya revolusi digital, menyebabkan pergeseran tuntutan dan kebutuhan profesionalisme yang berbeda dari era sebelumnya. Era dengan pengutamaan dan penyeimbangan atas kemanfaatan materi filosofis-praxis-praktis menjadi tuntutan era masa kini sebagai trend baru yang dibutuhkan Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI). Oleh sebab itu kurikulum desain interior perlu menyeimbangkan teori dengan praktek agar relevan dengan perkembangan jaman.  Artikel tentang desain fesyen mengangkat pendekatan perancangan secara sistematis dengan metode SCAMPER untuk menciptakan inovasi desain pakaian anak. 

DOI: https://doi.org/10.28932/srjd.v8i2

Diterbitkan: 2024-07-29